Minggu, 08 Juli 2012

KOLABORASI PENDIDIKAN FORMAL DAN BOARDING SCHOOL

Oleh 
Lailatul Faizah

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia. Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School yang diberi nama “Pondok Pesantren”. Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal Boarding School di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi “Kiyai atau Ustadz” yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat. Di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dari yang tradisional sampai yang memberikan nama pondok pesantren modern.
Ketika dipertengahan tahun 1990 an masyarakat Indonesia mulai gelisah dengan kondisi kualitas generasi bangsa yang cenderung terdikotomi secara ekstrim—yang pesantren terlalu keagamaan dan yang sekolah umum terlalu keduniawiaan—ada upaya untuk mengawinkan pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding School yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu dunia (umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai muncul banyak Boarding School yang didirikan.
Dari banyak Boarding School di Indonesia, terdapat 3 corak yaitu bercorak agama, nasionalis-religius, dan ada yang nasionalis. Untuk yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak. Ada yang fundamentalis, moderat sampai yang agak liberal. Hal ini merupakan representasi dari corak keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut. Kemudian yang nasionalis bercorak militer, karena ingin memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di militer kedalam pendidikan di Boarding School. Sedangkan corak nasionalis-religius mengambil posisi pada pendidikan semi militer yang dipadu dengan nuansa agama dalam pembinaannya di sekolah.
Kehadiran Boarding School telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik. Maka, Boarding School adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makananya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya yang sempurna. Selain itu, polusi social yang sekarang ini melanda lingkungan kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dll ikut mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di Boarding School. Namun juga tidak dipungkiri kalau ada factor-faktor yang negative kenapa orang tua memilih Boarding School yaitu keluarga yang tidak harmonis, suami menikah lagi, dan yang ekstrim karena sudah tidak mau mendidik anaknya dirumah.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Boarding School?
2.      Apa Saja Jenis-jenis Boarding School?
3.      Bagaimana penerapan Boarding School?

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Boarding School.
Ada dua fenomena menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah), dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut dengan Boarding School. Nama lain dari Boarding School adalah sekolah berasrama.
Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia. Karena sejak lama lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School yang di beri nama “pondok pesantren”. Pondok pesantren ini adalah awal mula dari adanya Boarding School di Indonesia.
Ada beberapa definisi tentang boarding school diantaranya adalah sebagai berikut:
Pendidikan Pondok pesantren atau Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) adalah sebutan bagi sebuah Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan pendidikan yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya. Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) lebih dikenal di indonesia dengan nama pondok pesantren.
Adapun secara umum, arti dari Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) sebagaimana tertulis dari Word net bag.30[2] adalah a private school where students are lodged and fed as well as taught, artinya adalah: “sebuah sekolah swasta dimana siswa diasramakan, di beri makan serta diberi pelajaran”.
Menurut Oxford dictionary [3]  Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) is school where some or all pupil live during the term. Artinya adalah: Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mana sebagaian atau seluruh siswa nya belajar dan tinggal bersama selama kegiatan pemebelajaran).
Selain itu Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) juga didefinisikan: is a school where some or all pupils study and live during the school year with their fellow students and possibly teachers and/or administrators. The word 'boarding' is used in the sense of "bed and board," i.e., lodging and meals. Some Boarding Schools also have day students who attend the institution by day and return off-campus to their families in the evenings.[4]
Artinya adalah: “Sebuah pesantren adalah sekolah di mana beberapa atau semua muridnya belajar dan hidup selama tahun ajaran dengan sesama siswa, guru, dan administrator. Kata 'Asrama' ini diartikan sebagai "tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan makanan. Beberapa sekolah asrama juga memiliki siswa harian, artinya menghadiri lembaga siang hari dan kembali kepada keluarga mereka di malam hari”. 

B.   Jenis-jenis Boarding School[5]
a) Menurut Sistem Bermukim Siswa
No
           Tipe Boarding School
Keterangan
1
All Boarding School
Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.
2
Boarding day School
Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi dilingkungan sekitar kampus atau sekolah.
3
Day boarding
Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang tetap tinggal di kampus atau sekolah.

 b) Menurut Jenis Siswa
No
Tipe Boarding School
Keterangan
1
Junior Boarding School
Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD s/d SMP, namun biasanya hanya SMP saja.
2
Co-educational School
Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan perempuan.
3
Boys School
Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja.
4
Girl School
Sekolah yang menerima siswa perempuan saja.
5
Pre-professional arts School
Sekolah khusus untuk seniman.
6
Religius School
Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu.
7
Special needs Boarding School
Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan sekolah biasa.

c) Menurut Sistem Sekolah
No
Tipe Boarding School
Keterangan
1
Military School
Sekolah yang mengikuti aturan militer dan biasanya menggunakan seragam khusus.
2
Five day Boarding School
Sekolah dimana siswa dapat memilih untuk tinggal di asrama dan atau pulang di akhir pekan.

C.   Perbedaan Sekolah Umum dan Sekolah Berasrama.
No
Kriteria
General School
Boarding School
1
Fasilitas

Fasilitas standar sekolah umum

Dilengkapi fasilitas hunian dan berbagai fasilitas pendukung (sarana ibadah dan rekreasi).
2
Kegiatan Harian
Jadwal kegiatan terbatas pada KBM.
Jadwal kegiatan harian teratur.

3
Sistem Pendidikan

Pengajaran formal di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler.

Pengajaran formal, ekstrakurikuler, pendidikan khusus atau informal (keagamaan, kedisiplinan).
4
Aktivitas

Siswa dating (sekolah) untuk belajar kemudian pulang.
Siswa belajar dan tinggal di sekolah, kehidupan siswa ada di sekolah.
5
Kurikulum

Kurikulum standar Nasional.

Kurikulum standar Nasional, kurikulum Departemen Agama, dan kurikulum tambahan khas Boarding School.
6
Karakter Arsitektur

Terdiri dari satu atau beberapa masa yang kompak.
Banyak masa yang menyebar dengan masa hunian umumnya mengelilingi masa hunian.
7
Pemanfaatan Waktu
Waktu sangat terbatas pada KBM.
Tidak terbatas pada jam belajar, juga di jam pelajaran.
8
Proses Pendidikan

Perhatian guru tidak optimum, karena keterbatasan waktu dan perbandingan jumlah siswa dan guru yang relatif besar.
Perhatian lebih optimum, karena waktu interaksi yang dimiliki lebih banyak, perbandingan siswa dan guru lebih kecil.
9
Jumlah siswa
40-45 orang.
Minimal 18 orang, maksimal 30 orang.
10
Konsep

Sekuler (memisahkan agama dan ilmu pengtahuan, dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari).

Islam Integrated (hal ini berdasar konsep ajaran agama islam yang meliputi bidang sosial, budaya, politik, science).
11
Nuansa religious

Hampir tidak tampak.

Sangat kental, terlihat dari segi berpakaian dan kebiasaan yang diterapkan di sekolah (seperti puasa sunnah, shalat berjamaah, tutur kata, attitude).
12
Pembagian kelas
Putra/putri satu kelas


Putra/putri masing-masing dalam kelas terpisah, untuk meminimalisir ikhtilath (campur baur laki-laki dan perempuan),
sesuai yang dianjurkan ajaran Islam.

13
Fungsi masjid

Hanya untuk shalat dan acara keagamaan pada hari-hari besar.

Aktif untuk shalat berjamah setiap hari, sebagai tempat belajar dan diskusi, seperti tahfiz, dan mentoring, serta sangat aktif untuk acara keagamaan.

D.   Perbedaan Secara Arsitektural
No
Kriteria
General School
Boarding School
1.
Kurikulum
Tidak membutuhkan ruang belajar khusus
Membutuhkan ruang belajar khusus untuk tahfiz dan tarikh Islam.
2.        
Jumlah anak didik
Ruang kelas berukuran minimum 90 m2 (kapasitas 45 orang).
Ruang kelas 72 m2 (kapasitas 30 orang) dan ruang kelas 30 m2 (kapasitas 18 orang).
3.
Konsep
Bebas
Lingkungan sekolah Islami (membang-kitkan penghayatan terhadap nilai-nilai Islam), bangunan sebagai sarana pembe-lajaran Islam.
4.        
Nuansa religious
Arsitektur tidak harus mendukung terjadinya pengalaman spiritual.
Arsitektur sangat mendukung (mende-katkan manusia, alam dan Tuhan YME), menggunakan keteraturan pola (order) dan beradaptasi dengan alam untuk kete-nangan, menghubungkan ruang dalam dan ruang luar.

5.        
Pembagian kelas
Jumlah ruang kelas berdasarkan jumlah murid secara keseluruhan
Jumlah ruang kelas berdasarkan jumlah seluruh siswa putra dan putri.
6.
Fungsi masjid
Peletakan masjid tidak menjadi fokus perancangan.
Masjid aktif (material easy-maintenance), menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan komunitas sekolah.

E.   Keunggulan Boarding School
Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem pemondokan atau boarding school ini. Dengan sistem mesantren atau mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah mengisi otak siswa atau santri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara melatih kecerdasan anak. Sementara menghadapi era modernisme seperti sekarang ini, otak siswa tidak lagi cukup dengan dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan perlu keterampilan dan kecerdasan merasa dan berhati nurani. Sebab, pada kenyataannya, dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak cukup dengan kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual tidak cukup dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan intelektual. Dalam hal ini diperlukan proses internalisasi dari berbagai pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati sanubari.
Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat, misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya khusuk.
Di samping itu, dengan sistem boarding school, para pimpinan pesantren dapat melatih psikomotorik anak lebih optimal. Dengan otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu mengoptimalkan psikomotorik siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran dalam bentuk gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan demi kesehatan jiwa dan psikis anak.
Karena sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam. Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru / pembimbing.[6]
Selain itu, ada juga beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah regular, yaitu:
·       Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.  
·       Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu  kelas belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, klinik, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.
·       Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris  pada setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama (Boarding School) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.

·       Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik.
·       Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.
·       Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.
·       Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan anak, seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan potensi individunya.[7]

F.    Problem Sekolah Berasrama
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama masih banyak memiliki persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang. Adapun Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
1.    Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
Term ideology  digunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak religius sangat beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop pola-pola pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah berasrama masih belum jelas formatnya.
2.    Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP dan Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah dengan guru asrama.
3.    Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya mempunyai efek negative. pola militer melahirkan siswa yang berwatak kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.
 4.    Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama.[8]

BAB III
KESIMPULAN

Sekolah Berasrama adalah alternatif terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukkan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.
Ada beberapa tipe yang terdapat dalam Boarding school, yaitu:
a) Menurut Sistem Bermukim Siswa
1. All Boarding School
2. Boarding day School
3. Day boarding
b) Menurut Jenis Siswa
1. Junior Boarding School             5. Pre-professional arts School
2. Co-educational School               6. Religius School
3. Boys School                                7. Special needs Boarding School
4. Girl School
c) Menurut Sistem Sekolah
1. Military School
2. Five day Boarding School
            Selain tipe tersebut, Boarding School juga memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan Sekolah Umum, yaitu:
1. Fasilitas                                           8. Proses Pendidikan
2. Kegiatan Harian                              9. Jumlah siswa
3. Sistem Pendidikan                          10. Konsep
4. Aktivitas                                         11. Nuansa religious
5. Kurikulum                                       12. Pembagian kelas
6. Karakter Arsitektur                         13. Fungsi masjid
7. Pemanfaatan Waktu
Selain perbedaan di atas, Boarding School juga memiliki perbedaan secara arsitektural jika di bandingkan dengan sekolah umum, yaitu:
  1. Kurikulum                               4. Nuansa religious
  2. Jumlah anak didik                   5. Pembagian kelas
  3. Konsep                                    6. Fungsi masjid
            Adapun keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh Boarding School adalah sebagai berikut:
1. Program Pendidikan Paripurna                   5. Siswa yang heterogen
2.    Fasilitas Lengkap                                       6.  Jaminan Keamanan
3.    Guru yang Berkualitas                               7. Jaminan Kualitas
4.    Lingkungan yang Kondusif
Sedangkan Problem yang dihadapi dalam Sekolah Berasrama adalah sebagai berikut:
1.    Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
2.    Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)
3.    Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
4.    Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi


DAFTAR PUSTAKA

Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School berbasis keunggulan lokal. JPTA FPTK UPI.
Nurkhamid, Muh., SMU ISLAM BERASRAMA (Senior High Islamic Boarding School),04.02.008. Laporan Tugas Akhir UNIKOM.
Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/.

             


[1] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.

[2] Definisi Bording School dalam http://www.dictionary30.com/. Di akses pada 05 juni 2012.
[3] Definisi Bording School dalam http://oxforddictionaries.com/. Di akses pada 05 juni 2012.
[4] Definisi Bording School dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school.  Di akses pada 05 juni 2012.
[5] Muh. Nurkhamid, SMU ISLAM BERASRAMA (Senior High Islamic Boarding School),/1.04.02.008. Laporan Tugas Akhir UNIKOM.
[6]http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_Untuk_Pendidikan_Karakter_Bulding?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.

[7] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.
[8] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum...
    Mantap sekali info boarding school nya,sy izin share ya...
    Syukron..
    Wassalamu'alaikum...

    BalasHapus